Free Blog Content

Jumat, 13 Mei 2011

REPRODUKSI NASKAH

1. RINGKASAN
Anda tentunya sudah akrab dengan istilah rangkuman, synopsis, dan abstrak. Semua hal tersebut merupakan kegiatan menyingkat sesuatu. Salah satu bentuk penyingkatan yang akan kita bicarakan yaitu ringkasan. Ringkasan hendaknya dibedakan dengan ikhtisar. Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, tetapi tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang. Sementara itu, ikhtisar merupakan kegiatan mereproduksi naskah di mana penulis ikhtisar tidak perlu mempertahankan urutan karangan asli.
Latihan membuat ringkasan sangat berguna untuk mengembangkan ekspresi serta penghematan kata. Suatu ringkasan yang cermat dan teliti tidak akan diperoleh tanpa mempelajari dengan cermat serta memahami apa yang dibaca atau didengar. Sebagi suatu bentuk reproduksi dan sebagai suatu cara untuk mengetahui dan memahami isi buku atau karangan, maka sebuah ringkasan memerlukan persyaratan- persyaratan tertentu, yaitu :
a) Membaca naskah asli,
b) Mencatat gagasan utama, dan
c) Membuat re[roduksi naskah.

Contoh Ringkasan
Werkudara, Bus Tingkat Pertama Buatan Indonesia
Bus tingkat wisata Werkudara yang beroperasi di Kota Solo, Jawa Tengah, menjadi bus tingkat pertama buatan Indonesia. Bus-bus tingkat sebelumnya yang pernah beroperasi di Indonesia merupakan buatan luar negeri. Bus tingkat ini sebagi daya tarik baru bagi wisatawan, sekaligus memperkuat citra Solo sebagai kota wisata. Nama Werkudara dipilih oleh Joko Widodo karena melihat bus tingkat warna merah ini cocok dengan tokoh pewayangan Werkudara yang berperawakan tinggi besar.
Bus tingkat Werkudara yang diluncurkan oleh Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono paad 20 Februari itu memiliki tinggi 4,5 meter dan lebar 2,5 meter. Bus ini dioperasikan sebagai bus wisata. Pakar transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, mengatakan jika belum bisa setiap hari, bus ini bisa beroperasi pada Sabtu-Minggu.

4. RESENSI
Kata resensi bearasal dari bahasa Latin, yaitu kata revidere atau resucere, yang berarti melihat kembali, menimbangm atau menilai. Resensi disebut juga timbangan buku atau bedah buku. Dikatakan demikian karena penulis resensi mempertimbangkan, menelanjangi buku untuk memperlihatkan kepada pembaca baik- buruknya, kelebihan dan kelemahannya, dan pantas tidaknya buku itu dibaca oleh orang lain.
A. Tujuan resensi
a) Memberikan informasi atau pemahaman tentang apa yang diungkapkan dalam sebuah buku.
b) Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan.
c) Mengajak pembaca untuk memikirkan dan mendiskusikan masalah yang muncul dalam sebuah buku.
B. Proses pembuatan resensi
a) Membaca dan memahami isi buku atau karya yang akan diresensi.
b) Menentukan identitas buku.
c) Membuat sinopsis buku.
d) Memberikan pertimbangan mengenai kelebihan dan kelemahan buku.
C. Unsur-unsur resensi
a) Judul resensi menarik dan menjiwai tulisan
b) Data buku/ anotasi buku (judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku)
c) Bagian pembukaan :
1) Memperkenalkan pengarang dan karyanya
2) Membandingkan dengan buku sejenis
3) Merumuskan tema
4) Mengungkapkan kesan
5) Mengajukan pertanyaan
6) Membuka dialog
d) Bagian tubuh dan isi resensi anatara lain sinopsis, ulasan singkat, keunggulan dan kelemahan buku, dan tinjuan bahasa.
e) Bagian penutup resensi berisi kesimpulan mengenai penting tidaknya buku tersebut untuk dibaca dan sasaran pembaca.

Contoh Resensi
Pemberdayaan Perempuan Indonesia Dari Masa ke Masa

Judul : Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa
Penulis : Aida Vitayala S Hubels
Penerbit : IPB Press, 2010
Tebal : xxiii + 522 halaman
ISBN : 978-979-493-283-4

Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional menjadi isu menarik sepanjang masa. Jika sebelumnya perencanaan pembangunan mengabaikan perempuan sebagi sumber daya manusia yang potensial, seiring perjalanan waktu perempuan Indonesia telah menunjukan kiprahnya dalam berbagai peran dan posisi yang dominan. Perempuan tidak hanya berkutat di wilayah domestic saja, ramah politik dan public pun digeluti.
Pemberdayaan perempuan berperspektif gender harus disadari sebagai proses panjang yang memerlukan keseriusan pemerintah dan masyarakat. Sejak tahun 1978 pemerintah Indonesia sudah berupaya meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan nasional dan menempatkan sebagai suatu isu prioritas nasional.
Sebagai seorang “pejuang gender” yang peduli terhadap nasib kaum perempuan, penulis memaparkan pemikiran dan pandangannya terhadap dinamika wacana kajian perempuan. Buku ini merupakan kumpulan makalah yang pernah disampaikan penulis dalam berbagi forum seminar sejak tahun 1990-an sampai tahun 2010. Menggambarkan perjalanan pemberdayaan perempuan dari masa ke masa, sejak orde lama, maas reformasi hingga era globalisasi. Selain memiliki kekuatan konseptual yang komprehensif, isu-isu yang diangkat sangat actual dan tetap relevan dengan keadaan dan problematika kaum perempuan masa kini.